Kamis, 14 Februari 2008

Sepenggal Harta Trah Cendana

Sebagian daftar harta Bambang Trihatmodjo dan istrinya dibuka di sidang perceraian. Konfirmasi atas laporan berbagai lembaga tentang pundi-pundi keluarga Cendana.



DI ruang sidang Pengadilan Agama Jakarta Pusat, sebagian harta keluarga mantan presiden Soeharto mulai terbuka. Lama menjadi teka-teki publik, jawaban datang justru dari sidang perceraian Bambang Trihatmodjo, anak ketiga Soeharto, dengan Halimah Augustina Kamil.

Awalnya adalah sidang perceraian biasa, walau menjadi buruan media hiburan. Bambang menggugat cerai Halimah, yang dinikahinya 27 tahun lalu, tapi sang istri menolak. Ia justru meminta Pengadilan Agama menyita harta keluarganya agar tidak bisa dialihkan kepemilikannya.

”Ini kasus pertama di Indonesia,” kata Nuheri, anggota majelis yang menangani permohonan sita harta. Di sinilah Halimah, melalui pengacaranya, pada 12 November tahun lalu, menyodorkan segepok daftar harta keluarganya. Menurut daftar itu, harta keluarga Bambang terdiri dari beberapa kelompok: tanah, kapal, mobil, dan saham.

Tanah atas nama Bambang atau sejumlah perusahaannya tersebar di Jakarta, Bogor, Purwakarta, Pulau Seribu, Situbondo, dan Kuta, Bali. Total luasnya 1.000 hektare lebih atau sekitar 10 kilometer persegi. Ini hampir seperlima wilayah Jakarta Pusat yang luasnya 55 kilometer persegi.

Keluarga Bambang memiliki tujuh kapal dan 18 mobil, di antaranya adalah VW Touareg yang di pasar harganya Rp 1,5 miliar serta Porsche Cayenne yang pada 2003 dijual Rp 1 miliar. Sebagian besar kendaraan itu atas nama Bambang dan sebagian lainnya Halimah.Bambang, 55 tahun, dan Halimah, 51 tahun, juga menguasai ratusan juta lembar saham baik langsung maupun tidak. Mereka memiliki 175 juta lembar atau 99,99 persen saham Asriland, perusahaan yang beranak-pinak ke puluhan perusahaan lain.

Melalui Asriland, Bambang, antara lain, memiliki 13,82 persen saham PT Global Mediacom Tbk. Ini adalah induk perusahaan yang menaungi, di antaranya, stasiun televisi RCTI, Mobile-8 Telecom (operator telepon Fren), dan Plaza Indonesia. Mereka juga menguasai separuh kepemilikan PT Cardig yang dua tahun lalu membeli maskapai penerbangan Mandala Air dari Yayasan Dharma Kostrad.

Menurut daftar yang sama, Bambang juga menguasai 99,74 persen saham PT Hyundai Indonesia Motor. Singkat kata, harta keluarga ini menjelajah berbagai sektor: dari stasiun televisi hingga operator telepon, dari pabrik kapsul hingga industri otomotif, dari pengelolaan hotel hingga kepemilikan pulau.

Belum ada taksiran resmi nilai semua harta itu, namun Lelyana Santosa, pengacara Halimah, kepada media hiburan pernah mengakui nilainya berkisar Rp 14 triliun. Kepada Tempo, ia menyatakan semua data itu valid. ”Paling tidak, dari keyakinan klien saya,” katanya. ”Itu semua aset murni, sudah dikurangi dengan utang.”

Juan Felix Tampubolon, pengacara Bambang, menganggap daftar kekayaan itu ngawur. Banyak nama perusahaan dalam daftar yang, menurut dia, tidak akurat. ”Pak Bambang malah bingung, tertawa sendiri. Banyak perusahaan, padahal dia nggak tahu,” ujarnya.

Menurut Lelyana, data itu dikumpulkan segera setelah Halimah digugat cerai suaminya, pertengahan tahun lalu. Memang, tidak ada pembukuan khusus. Yang ada catatan-catatan lepas pada perusahaan tempat Halimah pernah menjadi komisaris. Ada sejumlah data yang masuk dari kantor pengacara Lelyana. ”Misalnya, yang ini sudah tidak lagi atau ini ada tambahan, dan klien kami membenarkan,” tuturnya.

Yang tak masuk dalam daftar itu adalah aset Bambang di luar negeri, di antaranya apartemen di Beverly Hills, Los Angeles, tempat keluarga ini biasa tinggal saat berkunjung ke Amerika Serikat. ”Saya tidak tahu kenapa tidak dimasukkan,” kata Lelyana (lihat ”Yang Gelap di Seberang Samudra”).

l l l


BAMBANG Trihatmodjo dan Halimah Augustina Kamil menikah pada 24 Oktober 1981. Lima bulan sebelum menikah, Bambang mendirikan Bimantara Citra. Perusahaan ini tumbuh besar karena diselimuti praktek kolusi dan kroniisme ayahnya. Di masa jayanya, pernah dalam setahun Bimantara beranak hingga 100 perusahaan.

Awalnya, Bimantara bergerak di bidang perdagangan. Hanya dalam sekejap, mereka merambah ke bidang perbankan, asuransi, rumah mewah, konstruksi, televisi, perhotelan, transportasi, perkebunan, perikanan, otomotif, makanan, kimia, dan pariwisata. Bimantaralah yang pertama kali memperoleh izin pendirian stasiun televisi swasta di Indonesia, RCTI.

Pada 1991, Bambang menguasai tata niaga jeruk di Kalimantan. Para petani harus menjual hasil panen mereka ke PT Bima Citra Mandiri milik Bambang. Perusahaan ini menerima 10 persen dari harga jual. Mereka juga mengutip Rp 1.500 per kilogram untuk sewa gudang plus ongkos bongkar-muat.

Pada 1990-an, produksi jeruk di Kalimantan Barat sangat melimpah, sekitar 120 ribu ton per tahun. Artinya, dari sewa gudang dan ongkos bongkar-muat saja, Bima Citra menangguk Rp 180 miliar per tahun. Alih-alih meningkatkan pendapatan petani, tata niaga menghancurkan kehidupan penanam jeruk. Pada 1993, tata niaga ini dihapus.

Bersama ayahnya, Bambang mendirikan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) 15 Januari 1996. Soeharto menjadi ketua dan Bambang bendahara. Tujuan yayasan ini mulia: ”menjadi wadah masyarakat bergotong-royong untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga prasejahtera dan sejahtera.”

Untuk ”tujuan mulia” itu, Soeharto membuat aturan memotong 2 persen pajak penghasilan atas wajib pajak berpenghasilan di atas Rp 100 juta untuk disetor ke rekening Damandiri. Menurut perhitungan kejaksaan, terkumpul dana Rp 4,5 triliun selama dua tahun.

Pada 1997, Rp 112,7 miliar duit itu ditanam sebagai deposito di Bank Andromeda milik Bambang. Dana itu raib karena Andromeda dibekukan pada 1 November 1997. Dana Rp 330,3 miliar lalu disetor ke Bank Alfa, yang dibeli Bambang dua pekan setelah Andromeda ditutup.

Ternyata, dana itu pun tak bisa ditarik karena Bank Alfa dilikuidasi pada 13 Maret 1999. ”Kerugian negara pada kasus Damandiri ini Rp 442,8 miliar,” demikian tertulis dalam berkas perkara pidana Soeharto, yang urung dibacakan karena sang Jenderal Besar dinyatakan sakit permanen pada 1999.

Apakah daftar harta yang disodorkan Halimah ke Pengadilan Agama berkaitan dengan riwayat abu-abu bisnis keluarga itu? Lelyana mengaku tidak tahu. ”Sebagai pengacara, saya tidak pernah bertanya asal-usul harta yang ada di daftar itu,” ujarnya.

Juan Felix mengatakan, meski hartanya terkesan melimpah, utang Bambang juga sangat banyak. ”Kalau diperhitungkan semua utangnya, mungkin semua hartanya nggak cukup untuk membayar,” kata Felix tertawa.

Sementara itu, majalah Forbes punya perhitungan lain. Menurut majalah itu, edisi Desember 2007, Bambang Trihatmodjo adalah orang terkaya nomor 33 di Indonesia. Hartanya diperkirakan US$ 200 juta atau hampir Rp 2 triliun. Hitungannya berdasarkan harga saham dan kurs mata uang saat itu.

Bambang sendiri tak bisa dimintai konfirmasi. Tempo menunggu seharian, Jumat pekan lalu, di tempat tinggalnya, Simprug Golf, kawasan Patal Senayan, Jakarta Selatan. Rumah bercat cokelat muda itu tertutup pagar hampir dua meter. Dalam daftar Halimah, rumah ini tercantum atas nama suaminya.

Di sini pula Bambang tinggal bersama Mayangsari. Di depan rumah didirikan pos darurat dari kayu beratap terpal biru. Di dalamnya dua polisi berteduh. ”Bapak nggak ada, kemarin juga nggak ada,” kata Rois, salah seorang polisi. Menjelang pukul 14.00, Toyota Alphard yang kerap dipakai Mayangsari melintas dari ujung gang. Hanya sopir yang terlihat di dalam mobil itu.

Dua jam berselang, Alphard yang sama sudah terlihat parkir di Jalan Tasikmalaya 17, Menteng, Jakarta Pusat. Ini kediaman Bambang yang lain, dekat tempat tinggal keluarga besarnya. Polisi penjaga rumah pun berkukuh: ”Bapak tidak ada.”

Budi Setyarso, Arif A. Kuswardono, Wahyu Dhyatmika, Adek Media Rosa

Gono-gini Itu…

Menikah sejak 24 Oktober 1981, Bambang Trihatmodjo dan Halimah Agustina Kamil rajin mengumpulkan harta. Luas tanah mereka seribuan hektare, tersebar di Jakarta, Purwakarta, Pulau Seribu, hingga Bali. Butuh dua ratusan meter persegi untuk memarkir 18 mobil mereka. Saham mereka juga tertanam di pelbagai perusahaan.
Gono-gini Itu…

Menikah sejak 24 Oktober 1981, Bambang Trihatmodjo dan Halimah Agustina Kamil rajin mengumpulkan harta. Luas tanah mereka seribuan hektare, tersebar di Jakarta, Purwakarta, Pulau Seribu, hingga Bali. Butuh dua ratusan meter persegi untuk memarkir 18 mobil mereka. Saham mereka juga tertanam di pelbagai perusahaan.

Kapal
Bimantara Merek mesin kapal: Mercruiser
Citra Merek mesin kapal: Mercruiser
Fountain Merek mesin kapal: Yamaha
Lemuru Merek mesin kapal: Yamaha
Madrim Merek mesin kapal: Detroit
Sumbadra Merek mesin kapal: Yamaha
Utik Merek mesin kapal: Yamaha


Mobil
Satu BMW Jeep
Satu Porsche Cayenne
Satu Volkswagen Toureg
Satu Toyota Rush
Satu Volkswagen Caravelle
Satu Mercedes-Benz Jeep
Satu Mercedes-Benz Sedan
Satu BMW Sedan
Satu Hyundai Trajet
Satu Mercedes-Benz Jeep
Satu Range Rover
Satu Hyundai Santa Fe
Lima Kijang
Satu Pickup


Tanah
Jalan Tanjung 24, 26, Jakarta Pusat: 1.259 meter persegi
Jalan Raya Ciganjur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan: 3.105 meter persegi
Cisarua, Tugu Selatan, Bogor: 3.579 meter persegi
Jalan Tanjung 23, Menteng, Jakarta Pusat: 1.985 meter persegi
Jalan KH Wahid Hasyim 40, Kebon Sirih, Jakarta Pusat: 510 meter persegi
Jalan Raya Ciganjur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan: 3.000 meter persegi
Megamendung, Bogor: 4.650 meter persegi
Kampung Satu, Ciganjur, Jakarta Selatan: 867 meter persegi
Jalan Simprug Garden II, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan: 2.534 meter persegi
Jalan Simprug Blok G No. 19, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan: 492 meter persegi
Jalan Simprug Garden II, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan: 4.114 meter persegi
Jalan Moh. Kahfi I, Kamp. Setu, Ciganjur, Jakarta Selatan: 2.290 meter persegi
Pondok Karya, Pondok Aren, Tangerang: 1.480 meter persegi
Kuta, Jimbaran, Bali: 4.350 meter persegi
Kuta, Jimbaran, Bali: 300 meter persegi
Kuta, Jimbaran, Bali: 5.550 meter persegi
Kuta, Jimbaran, Bali: 13.725 meter persegi
Ciganjur RT 006/06, Jagakarsa, Jakarta Selatan: 200 meter persegi
Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan: 157 meter persegi
Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu: 44.765 meter persegi
Jalan Simprug Garden II, Grogol Selatan: 2.705 meter persegi
Jalan Casablanca, Jakarta Selatan: 21.250 meter persegi
Jalan Wahid Hasyim 46-A, Kebon Sirih, Jakarta Pusat: 563 meter persegi
Wanakerta, Campaka, Purwakarta: 319.360 meter persegi
Cinangka, Campaka, Purwakarta, Jawa Barat: 219.500 meter persegi
Cikopo, Campaka, Purwakarta, Jawa Barat: 3.678.140 meter persegi
Situbondo, Jawa Timur: 479,6 hektare
Tanah di Jalan Cempaka Putih Raya No. 1, Jakarta Timur
Jalan Simprug Golf XVI No. 36, Jakarta Selatan.
Jalan Tanjung 29, Jakarta Pusat: 1.130 meter persegi
Tarogong Kecil, Pondok Pinang, Jakarta Selatan: 1.118 meter persegi


Rekening Bank
Rekening di Bank of America Beverly Hills Main 460 N Beverly Drive, Beverly Hills, California
Dua rekening giro bank di BNI Jakarta Pusat


Saham

Kepemilikan 99,9 % saham Asriland

Penyertaan melalui Asriland:
PT Bumi Kusuma Prima: 55 %
PT Global Mediacom Tbk (PT Bimantara Citra): 13,82 %

Penyertaan Bimantara
PT Media Nusantara Citra Tbk: 70 %
PT Mobile-8 Telecom Tbk: 60,76 %
PT Indonesia Air Transport Tbk: 79,81 %
PT Plaza Indonesia Realty Tbk: 18,29 %
PT Rajawali Citra Televisi Indonesia: 69,82 %
PT Elektrindo Nusantara: 51 %
PT Trans Javagas Pipeline: 49 %
PT Trihasra Bimanusa Tunggal: 35 %
PT Cardig Air: 50 %
PT Bima Kimia Citra: 30 %
PT Multi Nirotama Kimia: 40 %
PT Nusadua Graha International: 36,56 %
PT Duta Nusabina Lestari: 30 %
PT Usaha Gedung Bimantara: 100 %
PT. Citra International Finance & Investment Corporation: 55 %
PT Citra International Under-writers: 55 %
PT Jasa Angkasa Semesta: 25,50 %
PT Plaza Nusantara Realty: 13,5 %
PT Serasi Tunggal Karya: 7 %
PT Polychem Undo: 60 %


PT Bukit Sentul Tbk.
PT Gemini Sinar Perkasa: 65 %
PT Javalas Artha Asri: 99,99 %
PT Andromeda Sekuritas: 33,33 %
PT Asri Pelangi Nusa: 96 %
PT Bhakti Investama Tbk.: 0,59 %
PT Tugure: 20 %
PT Asia Pacific Petroleum Refinery Indonesia: 2.500 saham
PT Kapsulindo Nusantara: 63 %
PT Binajasa Hantarindo: 70 %
PT Herwindo Rintis: 35 %
PT Bina Cakra Niaga: 45 %


Penyertaan Bina Cakra:
PT Hyundai Indonesia: 99,74 %
PT Kawasaki Motor Indonesia: 7,5 %
PT Citrakarya Pranata: 70 %
PT Senantiasa Makmur: 10 %


Saham melalui pihak ketiga:
PT Panji Rama Otomotif: 1.050 saham melalui Djoko Leksono Sugiarto
PT Bina Cakra Niaga: 45 % melalui Abraxas Capital Limited II
PT Asri Wahana Intinusa melalui Junanda Puce Syarfuan dan Aziz Mochtar
PT Kekar Plastindo melalui Anas Bahfen
PT Dinamika Bahari Sejahtera melalui Bimmy Indrawan Tjahja dan Sugeng Tunggono
PT Binajasa Hantarindo melalui Bob Hippy
PT Javalas Artha Asri melalui Bambang Wibowo
PT Grandauto Dinamika melalui Djoko Leksono Sugiarto
Brinkley Associates Ltd
PT Karang Agung Asri: 70 %
PT Cilegon Saran Industria: 25 %
PT Cilegon Centra Petrokemin: 25 %
PT Pacific Tribina Petrokimia: 25 %
PT Asri Safari Bali: 100 %
PT Asri Sentra Citraindo: 100 %
PT Zaman Bangun Perwita: 100 %
PT Cipta Bintani Megah: 50 %
PT Mutiara Citra Jayasanti: 60 %


Penyertaan lainnya:
PT Dutarendra Mulia Sejahtera: 20 %
PT Karunia Alam Abadi: 43 %
PT Kresna Sarana Media: 60 %
Berita Yudha Press: 51 %
PT Kapsulindo Nusantara: 62,75 %
PT Lamicitra Nusantara
PT Laksana Citra Nusantara
PT Graha Tama Wisesa: 50 %
PT Adipuri Inti Satya: 10 %
PT Panen Lestari Internusa
PT ITCIKU
PT Tugu Reasuransi Indonesia: 20 %
PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk
PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk
PT Cardig Lep Internasional: 45 % melalui Cardig Air
PT Batamindo Investment Cakrawala (BIC): 50 % melalui Herwindo
PT Batamindo Executive Village: 60 % melalui BIC
Private Holding Ltd

TEMPO FEBRUARI 2008

Tidak ada komentar: